ukhty zahro ( cinta dan pesantren )

   TANAH INI BERNAMA CITANGKOLO
 Ranum - ranum terlihat di bola mataku suatu gerbang besar tanpa ada genting ataupun atap ijuk seperti gerbang sekolahku yang dulu, tak jauh dri derbang tersebut di depan warung kelontong ayhku memarkirkan sepedah motor butut keluaran tahun 1995 ku masih ingat jelas pada mesin nya tertulis kata suzuki,entah apa yangsedang menghinggapi pikiranku ku sama sekali tak menyadari jikalai ini adalah langkah awal pena kehidupanku tergores , ku akan menggores di atas kertas kehidupanku , goresan yang jauh jauh hari sudah di harapkan ayahku untuk menghiasi kehidupanku , keindahan slafy yang takpernah ku sentuh segeluimnya. ku tatap kembali gebang biru muda yang menjulang tinggi sekitar satu setengah meter menengadah ke langit , seperti menara kembar negara tetangga yang biasanya terlihat dalam akhir halaman atlas milik anak sd. bergoyang goyang tersappu angin kain putih selebar sajadah mesjid kami dirumah , ku ejja tiap hurufnya , daei atas sampai bawah , kini ku paham inilah tempat di mana ku kan memulai hidup baru, ku kan mengenal hasil pena cendekiawan cendekiawan kino seperti syekh dzarnuji , ibnu malik dan yang lain, inilah tempatnya, pondok pesantren miftahul huda atau yang msyhur dengan sebutan citangkolo,

' punten ... " terucap kata lembut dari ayahku
" mangga beli apa ya pak??" tiba tiba seorang gadis mains menyembul dari balik lemari kaca tempat jajanan kelontong biasa seperti yang biasa ada di toko samping rumahku

" teh , gula pasir, sama royi roma mba" memang suatu tradisi bagi tiap orang tua yang akan menitipkan anknya untuk mengkaji agama pada seorang kiyai dengan menyambangi rumah beliau derta menyodorkan seperti hal di atas ataupun hanya sekedar amplop  dan menyerahkan anknya.

 " owh , sebentar dulu ya pak," timpal gadis manis mirip anak anisa bahar itu, entah apa yang ada di pikirn gadis tersebut saat ku pergoki dia melirik terhadapku, ah mungkin aku saja yang terlalu besar rasa
setelah beberapa menit keliatlah wanita bertubuh gemuk beruban tipis mungki dia ibu dari juwita bahar itu,
hikmah .... hikmah .... cuci baju sana.."  kini ku tau juwita bahar yang satu ini mempunyai nama asli hikmah, dia terlihat dewasa saat tugasnya di ambil alih oleh ibunya.
" berapa bu semuanya ? "
" tiga puluh ribu pa.."
....
kami melanjutkan perjalanan kami lebih kedalam lenih jauh mendekati bebauan santri salaf yang khas
suara yang tak asing seperti suara yang sering ibuku lantunkan setiap sebelum subuh dengan lafal yang sama ku sangat mengenalnya itu adalah bunyi surat al waqi'ah ,cuman kini agak lain lagunya pantas saja sekarang yang ku dengar adalah lantunan imam dari arab.
dengan menuntun motor butut kami pun terus mulai menyibak tanah asing itu . tibalah kami di depan masjid besar yang di kelilingi bangunan memanhang bak kereta yang saling berhadapan , namun sunyi sepi seolah tak berpenghuni,
tiba tiba kiami di kagetkan dengan ucapan sl;am laki laki dekil lusuh seperti belum mandi selama beberapa minggu, dia tak memakai alas kaki.,
" assalamu'alaikum" ucap nya
" wa"alaikum salam " lagi_-lagi hanya ayahku yang bisa membukakan mulut, entah mengapa ku seolah olah tak bisa membuka mulutku ini, ntah mungkin karena ku belum siap untuk menghuni tempat dingin ini.
" ada yang bisa saya bantu pak?"
" oh iya , maaf abh yainya ada?"
" maaf pak kayknya abah semua sedang pergi keluar kota "
" kalau begitu sekolah aliyah sebelah mene y ?"
" oh , ya , mari sayu ahantar pak." seolah pemuda dekil inilah yang merajai aliyah, wajahnya menunjukan bahwa dia telah mengenal aliyah serinu tahun lamanya.
kami hanya ngikut langtkah demi langkah kaki telanjang pemuda ini .
sampailah kami di depan pintu gerbang dari besi yang di beri warna hijau agak luntur karena karat , mungkin gerbang ini sudah puluhan tahun tak di ganti catnya, di balik gerbang hijau ini terdapat gedung memanjang saling berhyadap haeapan namun semua terbagi menjadi tiga, ada pun yang pertama bak kereta yang sering ku lihat di setasiun depan pasar daerah kami<> gedung itu berwarna hijau muda seperti masjid besar maskot daerah ini, kemudian yangkedua  persis berhadapan dengan gedung tadi seolah olah ingin saling bercumbu, trus untuk yang satu lagi  menutup pandanganku untuk lebih jauh lagi kedepan karna yang satu ini seolah sebagai pemersatu antara gedung kedua tadi agar bisa saling bercumbu.

" ini pak kantornya.." tutur si dekil tadi
sambil pamit dia menyodorkan tangannya yang kelihatan sedikit lebih bersih daripada wajahnya,
sembari mengenalkan dirinya
" iim "
ku sodorkan kembali tanganku untuk menghormatinya
" huda... badrul huda rozaki "
" dari mana?"
" bantarsari "
memang kecamatan rumahku bantar sari..
tanpa menghiraukan bau badannya lagi kami langsung beranjak menuju ruangan  paling ujung dari gedung berwarnba hijau muda tdi,
ku membaca di atas daun pintu tertulis kata " KANTOR "  inilah kantor madtasah aliyah al azhar yang nantinya akan menjadi salah satu cetakan gambar hidupku dan awal cita citaku sserta awal dari kisah cintaku.
" asalamu'alaikum" ayah ku mengucapkan kata has kaum muslim yang berartikan do'a untuk penghunni ruangan tersebut.
"  wa'alaikum salam , solahkan masuk pak, ada yang bisa saya bantu "  sapa  seorang pemuda rpi seperti selesman, dwngan wajah bersih merona dengan bibir lebih besar dan lebih merah dari pada orang biasa,
dia di dampingi seorang gadis  berjilbab, entah dia siapanya ku tak tau yangjelas dia terliaht akrab sangat dewngan laki laki itu.
dan aneh nya dia ter peranjat tatkala melihat ayahku,
tak cuma itu yang ku herankan tetapi terlebih saat ayahku menyapanya dengan nada seolah beliau tak asing melihatnya,
" mba insi apa y? "
" iya pak, bapak gi mna kabarnya?"
kini ku ingat pemudi berjilbab itu adalah kawan kaka perempuan satu satunya , sewaktu dia masih duduk di MTs  daerah kami,

" hi. ini huda kan pak adiknya mba ani ?" wow alangkangkah kagetnya tubuh ini ketika mulut kecilnya menyebut namaku.
" oya , hud ini lho mba insi putrinya pak idin pabrik saleh "
 lki tak menjawab ... ku hanya diam..
ku meminta izin pada ayahku untuk keluar euangan sejenak untuk berkenalan dengan udara asing ini di temani oleh bunga bunga buah jambu yang rintik mengotori halaman dan di biarkan menumpuk seolah di sengaja untuk pupuk tanah keras yang ku injak.
entah berapa menit entah berapa jam ayahku b erbincang , entah  apa yang mereka omongkan ,,,

tiba tiba ayah ku menggoyahkan kokohnya konsentrasiku yangmulai berbincang dengan alam sana.
" hud suda yuk pulang."
dengan semangat ku meng iyakan perkataan ayahkkkkkku tersebut karna memang itulah yangku tunggu